MAKALAH
SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE
INDONESIA
Disusun
Oleh :
NAMA : MUHAMMAD ROZIKIN
NIM : 2115R1075
JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA
STMIK HIMSYA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Segala puji hanya
milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya ,
saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan dari orang-orang di sekitar kami, khususnya dari bapak Septia Lutfi.
M.Kom sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Makalah yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing kami mengharapkan kritik dan sarannya demi
perbaikan pembuatan makalah di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum wr.wb
Semarang, 17 Oktober 2015
Penulis
Muhammad Rozikin
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL .............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
................................................................................ 1
1.1 Latar
Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN MASALAH ............................................................. 2
2.1. Teori Masuknya
Islam ke Indonesia ............................................... 2
2.2. Proses
Masuknya Islam ke Nusantara ............................................. 5
2.3. Arsitektur
Islam ............................................................................... 6
2.4. Pendidikan
Islam di Indonesia....................................................... 10
BAB III KESIMPULAN
.................................................................................. 14
BAB V PENUTUP
............................................................................................ 15
DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
adalah bangsa yang penuh dengan sejarah. Banyak sejarah - sejarah yang terukir oleh nenek moyang kita,
salah satunya adalah sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Banyak teori masuknya
islam ke indonesia. Ada yang mengatakan abad ke 7 dan ada yang mengatakan pada
abad ke 13 M. Untuk itu saya meringkas teori – teori itu kedalam sebuah
makalah.
1.2
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang yang telah dijelaskan, penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana
teori masuknya islam ke Indonesia ?
2. Bagaimana
Proses masuknya Islam ke nusantara ?
3. Apa
saja arsitektur islam yang dibawa ke indonesia ?
4. Bagaimana
pendidikan islami yang berkembang di indonesia ?
1.3
Tujuan Masalah
1. Mengetahui
teori masuknya islam ke indonesia.
2. Untuk
mengetahui proses masuknya islam ke nusantara.
3. Mengetahui
arsitek arab yang dibawa ke Indonesia.
4. Mengetahui
perkembangan pendidikan islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Teori masuknya islam ke Indonesia
Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai
saat ini. Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini
berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para
pembawanya, dan waktu kedatangannya. Seperti banyak diketahui jika daerah
penghasil batu kapur yaitu Kota Barus (Sibolga-Sumatera Utara) sudah digunakan
oleh para firaun di mesir untuk proses pemakaman mumi firaun. Berdasarkan hal
tersebut membuktikan jika jauh sebelum islam datang, masyarakat Nusantara sudah
berhubungan dengan dunia luar. Ada kemungkinan Islam sudah masuk di Nusantara
terjadi pada masa Kenabian atau masa hidupnya Nabi Muhammad S.A.W. [1]
Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan
para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya
menjadi tiga teori besar. Yaitu :
1.1
Pertama, teori Gujarat. Menurut
Suryanegara (1996: 75) bahwa peletak dasar teori ini kemungkinan adalah Snouck
Hurgronje dalam bukunya “L’ Arabie et les Indes Neerlandaises, atau Revue
de I’Histoire des Religious.” Snouck Hurgronje lebih menitikberatkan
pandangannya ke Gujarat berdasarkan: Pertama, kurangnya fakta yang
menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama Islam ke Nusantara. Kedua,
hubungan dagang Indonesia-India telah lama terjalin. Ketiga, inskripsi
tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatra memberikan gambaran hubungan
antara Sumatra dengan Gujarat.
Suryanegara (1996: 75-76) mengutip pendapat W.F. Stutterheim dalam
bukunya “De Islam en Zijn Komst In de Archipel” yang menyatakan bahwa
masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke 13. Pendapatnya juga di dasarkan pada
bukti batu nisan Sultan pertama dari Kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik
As-Saleh yang wafat pada 1297. Selanjutnya ditambahkan tentang asal negara yang
mempengaruhi masuknya agama Islam ke Nusantara adalah Gujarat. Dengan alasan
bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara Indonesia-Cambay
(Gujarat)- Timur Tengah-Eropa. Sama halnya dengan pendapat W.F. Stutterheim,
Snouck Hurgronje berpendapat pula bahwa awal masuknya Islam ke Indonesia pada
abad ke 13 M dari Gujarat.
1.2
Kedua, teori Makkah. Menurut Hamka
sebagaimana dikutip oleh Sunanto (2012: 8-9) dalam bukunya bahwa Islam sudah
datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah (kurang lebih abad ke-7 sampai 8
M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat
internasional sudah dimulia jauh sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad
ke-7 M) melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasi Tang di Cina (Asia
Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. Senada
dengan Suryanegara dalam Api Sejarah (2012: 99) sebagaimana mengutip pendapat
Hamka bahwa masuknya Islam ke Nusantara Indonesia terjadi pada abad ke-7 M.
Dalam berita Cina Dinasti Tang menuturkan ditemuinya daerah hunian
wirausahawan Arab Islam di pantai Barat Sumatera maka dapat disimpulkan Islam
masuk dari daerah asalnya Arab. Dibawa oleh wiraniagawan Arab. Sedangkan
kesultanan Samudera Pasai yang didirikan pada 1275 M atau abad ke-13 M, bukan
awal masuknya agama Islam, melainkan perkembangan agama Islam.
Menurut Matta (2014: 34)
dalam bukunya “gelombang ketiga Indonesia” mengatakan bahwa para ahli
sejarah mencatat ada dua gelombang masuknya Islam di Nusantara, yaitu abad ke-7
dan abad ke-13. Agama ini di bawah oleh pedagang dari Arab yang menetap di
kota-kota pelabuhan Nusantara. Pada abad ke-8 telah berdiri perkampungan muslim
di pesisir Sumatera. Pada awalnya, Sumatera (dan Nusantara pada umumnya)
hanyalah persinggahan para pedagang Arab menuju Tiongkok dan Jawa. Pada abad ke-13,
Samudera Pasai menjadi kerajaan Islam pertama di Nusantara, disusul berdirinya
kerajaan Demak pada abad ke-15. Awalnya, Raden Fatah adalah wakil kerajaan
Majapahit di daerah itu yang kemudian dia memutuskan masuk Islam dan mendirikan
kerajaan sendiri.
J.C. Van Leur dalam bukunya “Indonesia:
Trade and Society” menyatakan bahwa pada 674 M di pantai Barat Sumatera
telah terdapat perkampungan (Koloni) Arab Islam. Dengan pertimbangan bangsa
Arab telah mendirikan perkampungan perdagangannya di Kanton pada abad ke-4.
Perkampungan perdagangan ini mulai dibicarakan lagi pada 618 M dan 626 M.
Tahun-tahun berikutnya perkembangan perkampungan perdagangan ini mulai
mempraktikan ajaran agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab
yang terdapat di sepanjang jalan perdagangan Asia Tenggara. Dari keterangan
J.C. Van Leur ini masuknya Islam ke Nusantara tidaklah terjadi pada abad ke-13,
melainkan telah terjadi sejak abad ke-7. Sedangkan abad ke-13 merupakan saat
perkembangan Islam (Suryanegara, 1996: 76).
Sejumlah ahli Indonesia dan beberapa ahli Malaysia mendukung “teori Arab”
dan mazhab tersebut. Dalam seminar-seminar tentang kedatangan Islam ke
Indonesia yang diadakan pada 1963 dan 1978, disimpulkan bahwa Islam yang datang
ke Indonesia langsung dari Arab, bukan dari India. Islam datang pertama kali
datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi, bukan
abad ke-12 atau ke-13 M. (Huda, 2007: 36).
1.3
Ketiga, Teori Persia. Menurut
Suryanegara (1996: 90) bahwa pembangunan teori Persia ini di Indonesia adalah
P.A. Hoesein Djajadiningrat. Fokus pandangan teori ini tentang masuknya agama
Islam ke Nusantara berbeda dengan teori Gujarat dan Makkah, sekalipun mempunyai
kesamaan masalah Gujaratnya, serta Mazhab Syafi’inya. Teori Persia lebih
menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat
Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia.
2.
Proses Masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara damai dan menyesuaikan dengan
adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam yang tidak mengenal perbedaan
kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk lokal. Proses masuknya islam
dilakukan melalui cara berikut ini.
2.1
Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan di masa itu
membuat Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia termasuk pedagang
muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan membangun perkampungan
muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama dari negeri asal
mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran penting dalam
penyebaran ajaran Islam di nusantara.
2.2
Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang muslim ini adalah kalangan
yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi yang menikahkan anak mereka
dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang gadis harus memeluk islam
terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar penyebaran ajaran islam.
2.3
Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka mulai mendirikan fasilitas
pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin langsung oleh guru agama dan
para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke kampung halaman dan
menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.
2.4
Kesenian
Wayang merupakan warisan budaya yang masih terjagan hingga saat ini, dalam
penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang yang sangat konkrit. Contohnya
sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh islam menggunakan pementasan
wayang untuk berdakwah.
3.
Arsitektur Islam
Arsitektur Islam berkembang
sangat luas baik itu di bangunan sekular maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus
berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban
Islam
yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
arsitektur Islam adalah mesjid, kuburan, istana dan benteng yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke
bangunan lainnya, yang kurang signifikan, seperti misalnya bak pemandian
umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya.
3.1
Definisi dan kaidah
Arsitektur
Islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpancar dari aspek fisik dan
metafisik bangunan melalui konsep pemikiran islam yang bersumber dari
Al-Qur’an, Sunnah Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama maupun cendikiawan
muslim. Aspek Fisik adalah sesuatu yang nampak secara jelas oleh panca
indera. Dalam hal ini sebuah bangunan dengan fasade yang memiliki bentuk dan
langgam budaya islam dan dapat dilihat secara jelas melalui beberapa budaya,
seperti budaya arab, cordoba, persia sampai peninggalan wali songo. Bentuk
fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan sepetri penggunaan kubah,
ornamen kaligrafi, dan sebagainya. Aspek Metafisik adalah sesuatu yang
tidak tampak panca indera tapi dapat dirasakan hasilnya. Hal ini lebih kepada
efek atau dampak dari hasil desain arsitektur islam tersebut, seperti bagaimana
membuat penghuni/ pengguna bangunan lebih nyaman dan aman ketika berada di
dalam bangunan sehingga menjadikan penghuni merasa bersyukur. Contoh lain hasil
desain ruang2 dalam sebuah rumah, bisa menjadikan komunikasi orangtua dan anak
lebih dekat, sehingga membuat mereka rajin beribadah.
Kaidah
Arsitektur Islam 1) Di dalam dan luar bangunan tidak terdapat
gambar/ornamen yang makhluk hidup yang utuh 2) Di dalam dan luar bangunan
terdapat ornamen yang mengingatkan kepada yang Maha Indah...Allah SWT. 3) Hasil
Desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan kesombongan. 4) Pengaturan
ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga ahlak dan prilaku. 5) Posisi
toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat. 6) Keberadaan
bangunan tidak merugikan tetangga disekitar 7) Pembangunan sampai berdirinya
bangunan seminimal mungkin tidak merusak alam. 8) Menggunakan warna yang
mendekatkan kepada Allah, seperti warna-warna alam.
3.2
Sejarah awal arsitek islam
Ada beberapa
bangunan di jaman Nabi Muhammad yang menjadi penanda munculnya arsitektur
Islam, salah satu contohnya adalah masjid Juatha di Arab Saudi.
Khilafah Rashidun
(632–661) adalah pemimpin Islam pertama yang mulai mempopulerkan arsitektur
Islam.
Khalifah Umayyah
(661–750) mengkombinasikan beberapa elemen dari arsitektur Byzantium dan arsitektur Sassanid. Arsitektur Umayyah
memperkenalkan bentuk baru yang mengkombinasikan gaya barat dan timur.[1]
Model pelengkung yang berbentuk sepatu kuda mulai muncul pertama kali pada masa
dinasti Umayyah, lalu kemudian berkembang pesat di Andalusia.[2]
Arsitektur Umayyah memunculkan penggunaan berbagai jenis dekorasi, termasuk
diantaranya adapalah penggunaan berbagai macam mosaik, cat dinding, patung dan
relief dengan motif Islam.[3]
Pada masa Umayyah, diperkenalkan sebuah ruang transept yang membagi
ruang solat berdasarkan axis terpendek.[4]
mereka juga menambahkan mihrab ke dalam desain masjid.[4]
Masjid di Madinah
dibangun oleh al-Walid I menjadi masjid pertama yang memiliki
mihrab,
sebuah ruang tambahan menghadap kiblat yang menjadi tempat imam memimpin shalat
atau khatib memberikan ceramah. Mihrab kini seolah menjadi standar dari desain
sebuah masjid di seluruh dunia.[4]
Arsitektur Abbasiah dimasa
Khalifah Abbasiah
(750–1513) sangat kuat dipengaruhi oleh arsitektur Sassanid, dan
arsitektur dari Asia tengah. masjid Abbasiah memiliki sebuah courtyard. Awal
mula arsitektur Abbasiah dapat ditemui di masjid al-Mansur yang dibangun di
Baghdad. Masjid Agung Samarra dibangun oleh
al-Mutawakkil berukuran 256 by 139 metres (840 × 456 ft). Masjid ini
memiliki atap datar dari kayu yang disangga oleh tiang-tiang. Masjid ini
memiliki dekorasi marmer dan mosaik kaca.[5]
Masjid Samarra memiliki menara spiral, satu-satunya yang ada di Iraq.[5]
Sebuah masjid di Balkh
atau sekarang terdapat di wilayah Afghanistan berukuran 20 by 20 metres (66
× 66 ft), yang memiliki sembilan kubah.[6]
langit-langit bergaya Moorish di Alhambra
Konstruksi Masjid Agung Córdoba
(sekarang menjadi sebuah katedral bernama Mezquita) dimulai pada tahun 785
sekaligus sebagai penanda berdirinya era arsitektur Moorish di Iberian peninsula dan
Afrika utara. Masjid ini memiliki bentuk pelengkung yang menjulang. Arsitektur
Moorish mencapai masa jayanya pada saat konstruksi Alhambra,
sebuah istana dan benteng yang megah di Granada,
Ruang interiornya terbuka sehingga memungkinkan angin bergerak masuk dan
didominasi warna merah, biru dan emas. Dindingnya diberi hiasan bermotif
dedaunan yang saat itu sedang menjadi tren, Kaligrafi Arab, dan pola arabesque,
Dindingnya dilapisi keramik. Bangunan lainnya yang bertahan hingga kini antara
lain bangunan Bab Mardum di Toledo, atau gerbang
lengkung Medina Azahara. Arsitektur
Moorish berakar dari kebudayaan Arab dan berkembang pada masa kekhalifahan Umayyah
di Levant
tahun 660 dengan ibukotanya Damascus yang memiliki banyak arsitektur Islam Arab yang bercirikan
pola-pola geometris.
4.
Penndidikan Islam di Indonesia
4.1
Pesantren di Indonesia
terkait
kemunculan dan masuknya Islam di Indonesia, sampai saat ini masih menjadi
kontroversi di kalangan para ilmuwan dan sejarawan. Namun demikian, mayoritas
dari mereka menduga bahwa Islam telah diperkenalkan di Indonesia sekitar abad
ke-7 M oleh para musafir dan pedagang muslim, melalui jalur perdagangan dari
Teluk Parsi dan Tiongkok. Kemudian pada abad ke-11M sudah dapat dipastikan
bahwa Islam telah masuk di kepulauan Nusantara melalui kota-kota pantai di
Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Maluku. Dan, pada abad itu pula muncul
pusat-pusat kekuasaan serta pendalaman studi ke-Islaman. Dari pusat-pusat
inilah kemudian akhirnya Islam dapat berkembang dan tersebar ke seluruh pelosok
Nusantara. Perkembangan dan perluasan Islam itu tidak lain melalui para pedagang
muslim, wali, muballigh dan ulama’ dengan cara pendirian masjid, pesantren atau
dayah atau surau.
Pada
dasarnya, pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam
ke Indonesia. Pada tahap awal, pendidikan Islam dimulai dari kontak-kontak
pribadi maupun kolektif antara muballigh (pendidik) dengan peserta didiknya.
Setelah komunitas muslim daerah terbentuk di suatu daerah tersebut, mereka
membangun tempat peribadatan dalam hal ini masjid. Masjid merupakan lembaga
pendidikan Islam yang pertama muncul, di samping rumah tempat kediaman ulama’
atau muballigh.
Setelah
penggunaan masjid sudah cukup optimal, maka kemudian dirasa perlu untuk
memiliki sebuah tempat yang benar-benar menjadi pusat pendidikan dan
pembelajaran Islam. Untuk itu, muncullah lembaga pendidikan lainnya seperti
pesantren, dayah ataupun surau. Nama–nama tersebut walaupun berbeda, tetapi
hakikatnya sama yakni sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan keagamaan.
Pesantren
sebagai akar pendidikan Islam, yang menjadi pusat pembelajaran Islam setelah
keberadaan masjid, senyatanya memiliki dinamika yang terus berkembang hingga
sekarang. Menurut Prof. Mastuhu, pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai
pedoman perilaku sehari-hari.
Pesantren
sejatinya telah berkiprah di Indonesia sebagai pranata kependidikan Islam di
tengah-tengah masyarakat sejak abad ke-13 M, kemudian berlanjut dengan pasang
surutnya hingga sekarang. Untuk itulah, tidak aneh jika pesantren telah menjadi
akar pendidikan Islam di negeri ini. Karena senyatanya, dalam pesantren telah
terjadi proses pembelajaran sekaligus proses pendidikan; yang tidak hanya
memberikan seperangkat pengetahuan, melainkan juga nilai-nilai (value).
Dalam pesantren, terjadi sebuah proses pembentukan tata nilai yang lengkap,
yang merupakan proses pemberian ilmu secara aplikatif.
4.2
Lembaga – lembaga pendidikan islam
Eksistensi
pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam
lainnya, antara lain:
a.
Madrasah
Madrasah
merupakan lembaga pendidikan Islam yang lebih modern dibanding pesantren, baik
ditinjau dari sisi metodologi maupun kurikulum pengajarannya. Kendati demikian,
kemunculan madrasah ini tidak lain diawali oleh keberadaan pesantren. Sebagian
lulusan pesantren melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke beberapa pusat
kajian Islam di beberapa negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir.
Lulusan-lulusan Islam Timur Tengah itulah yang kemudian akhirnya menjadi
pemrakarsa pendirian madrasah-madrasah di Indonesia.
Dalam
madrasah, sistem pembelajaran tidak lagi menggunakan sorogan ataupun bandongan,
melainkan lebih modern lagi. Madrasah telah mengaplikasikan sistem kelas dalam
proses pembelajarannya. Elemen yang ada dalam madrasah juga bukan lagi Kyai dan
santri, tetapi murid dan guru (ustad/ustadzah). Dan metode yang digunakan juga
beragam, bisa ceramah, atau drill dan lain-lain, tergantung pada ustad/ustadzah
atau guru.
b.
Sekolah-sekolah Islam
Di samping
madrasah, lembaga pendidikan Islam yang berkembang hingga sekarang adalah
sekolah-sekolah Islam. Pada dasarnya, kata sekolah merupakan terjemah dari
madrasah, hanya saja madrasah adalah kosa kata bahasa Arab, sedangkan sekolah
adalah bahasa Indonesia. Namun demikian, pada aplikasinya terdapat perbedaan
antara madrasah dan sekolah Islam. Madrasah berada dalam naungan Kementrian
Agama (Kemenag), sedangkan sekolah Islam pada Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud). Selain itu,dari segi bobot muatan materi
keagamaannya, madrasah lebih banyak materi agama dibanding sekolah Islam.
c.
Pendidikan Tinggi Islam
Pendidikan
Tinggi Islam juga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang modern.
Dalam sejarah, pendidikan tinggi Islam yang tertua adalah Sekolah Tinggi Islam
(STI), yang menjadi cikal bakal pendidikan tinggi Islam selanjutnya. STI
didirikan pada 8 Juli 1945 di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta, dan
pada tahun 1948 resmi berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Selanjutnya, UII merupakan bibit utama dari perguruan-perguruan tinggi swasta
yang kemudian berkembang menjadi beberapa Universitas Islam yang populer di
Indonesia, seperti misalnya Universitas Ibn Kholdun di Bogor, Universitas
Muhammadiyah di Surakarta, Universitas Islam Sultan Agung di Semarang,
Universitas Islam Malang (UNISMA) di Malang, Universitas Islam Sunan Giri
(UNSURI) di Surabaya, Universitas Darul ‘Ulum (UNDAR) di Jombang dan lain-lain.
Menurut
Tolhah Hasan, perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi Islam di Indonesia
banyak ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya: kredibilitas kepemimpinan,
kreativitas manajerial kelembagaan, pengembangan program akademik yang jelas
dan kualitas dosen yang memiliki tradisi akademik.
5.
BAB
KESIMPULAN
Dari semua uraian diatas intinya kita
sebagai orang yang cinta tanah air Indonesia, harus mengerti dan paham akan
petingnya sejarah di Indonesia. Tanpa adanya nenek moyang kita yang berjuang,
kita tidak akan merasakan indahnya kemerdekaan itu.
BAB
PENUTUP
Alhamdulillah, akhirnya penulisan makalah ” SEJARAH MASUKNYA
ISLAM KE INDONESIA “ ini sudah selesai. Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah
membantu khususnya bapak Septia Lutfi, M.Kom. Kami juga meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
laporan. Kritik, saran dan masukan sangat diharapkan untuk ke depan supaya lebih baik. Demikian
makalah ini saya buat, atas
perhatian dan kerjasamanya disampaikan terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Semarang, 17 Oktober 2015
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar